Sejarah Singkat PP. Miftahul Hasan Al-Utsmani
November 25, 2019
Artikel
0
comments
Pondok Pesantren Miftahul Hasan Al-Utsmani Pucanganom |
Sejarah singkat
PONDOK PESANTREN MIFTAHUL HASAN AL-UTSMANI
yang diangkat oleh Beddian media TRILOGI edisi 11 Shofar 1441
ARTIKEL ini insyaAllah akan mengajak kita belajar mencari manfaat dibalik sejarah. Sehingga dapat menjadi inspirasi dan motivasi dalam menjalani keidupan ini. Terkadang kita tidak perlu mengalami sendiri sebuah pengalaman hidup. Untuk mendapat sebuah manfaat, bisa dengan mendengar dari orang lain, membaca, dan menerima secara sadar sebagai referensi untuk dijadikan cerminan hidup.
Untuk mempelajari sejarah singkat PP Miftahul hasan Al-Utsmani, kami kru Buletin Trilogi bersilaturrahmi ke Pondok Pesantren Miftahul Hasan Al-Utsmani yang kami sendiri langsung menghadap pengasuh PP Miftahul Hasan Al-Utsmani sebagai narasumber dalam tulisan ini.
Pembicaraan kami pada asalnya berbahasa Madura namun telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia.
Saya adalah seorang yang lahir di beddian, terlahir dengan nama Zairosi (Zairosi bin. KH. Ali Wafa). Nama H. Subhan Amin itu setelah saya pergi haji. jadi saya sebagai seorang yang terlahir di Beddian (PP Al-Utsmani), saya sendiri langsung belajar kepada abah saya (KH. Ali Wafa). Selain itu saya juga belajar kepada mbah saya, yakni KH. Utsman rahmatullahi 'alaih. Baru setelah saya mondok di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Saya mengenyam pendidikan di Genggong kurang lebih sekitar dua tahun. "Engko' ka Genggong perak' entar tedung." (Saya ke Genggong hanya mampir tidur).
NB.
(Nama yang tercatat di data dukcapil/didalam data kependudukan tertulis
Nama Zeirasi
Tempat Lahir Bondowoso,27 September 1959
@ ij
Redaksi mencoba mengambil manfaat dibalik dawuh-dawuh beliau. Tim Redaksi terinspirasi dengan perkataan beliau : "engko' ka Genggong perak' entar tedung." (Saya ke Genggong hanya mampir tidur). Kata seperti itu tidak asing lagi di kalangan santri sehingga perkataan seperti itu terasa akrab di telinga.
Adakalanya santri nakal ketika mondok dan adakalanya santri rajin ketika mondok. Bahkan tak jarang pula kita mendengar orang berkata : "Mangkanah ka ponduk perak entar tedung." (Makanya, ke pondok cuma mampir tidur). itu tandanya santri nakal di pondok.
Tapi tim redaksi husnud-dzan terhadap perkataan beliau dan hanya tersenyung-senyum sambil mengingat-ingat kelakuan-kelakuan ketika mondok. Apalagi perkataan itu dilontarkan oleh beliau selaku Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Hasan Al-Utsmani. Tentunya kita beranggapan bahwa beliau mondok dua tahun di Genggong dalam menjalani pendidikannya, beliau seorang yang rajin. Dan kita tahu seorang yang ahli ilmu itu akan selalu haus terhadap ilmu sebagaimana mbah beliau, yaitu Syaikhuna KH. Utsman yang diberi julukan "Macan Kurus Haus Ilmu" karena selalu kurang menimba ilmu.
NB. dan pernah juga disampaikan oleh beliau ketika menjelang pelaksanaan peringatan IKHTIBAR yang mengusung tema "Mengenang sejarah berdirinya PP Miftahul Hasan Al-Utsmani yang ke 36 dengan beberapa ajuan pertanyaan yang diajukan kepada beliau oleh salah satu seorang alumni sekaligus wali santri (Imam Junaid) yang ditemani oleh guru tugas (Abdul Muqit), dengan pertanyaan tersebut sangatlah kurang sopan untuk diajukan oleh seorang santi kepada sang kiai, namun demi kemaslahatan dan juga agar sejarah itu tetap terkenang kelak.
Bagaimana proses peminangan kiai pada ibu yai endang?
"Ye abhekalan, engko' abhelan keyah." Ya bertunangan, saya bertunangan juga. beliau sambil tersenyum dengan pertanyaan tersebut, yang menjadi pelantara atau penyambung lisan adalah P.Sumyati/H.Muhdor alm. @ ij.
lanjutan TRILOGI
NB. bahkan ada yang menyampaikan salah satu dari sesepuh masyarakat pucanganom lahan yang didirikan pesantren ini juga pernah ditempati tempat aduan sapi milik bapak mertua beliau. @ ij
Adakalanya santri nakal ketika mondok dan adakalanya santri rajin ketika mondok. Bahkan tak jarang pula kita mendengar orang berkata : "Mangkanah ka ponduk perak entar tedung." (Makanya, ke pondok cuma mampir tidur). itu tandanya santri nakal di pondok.
Tapi tim redaksi husnud-dzan terhadap perkataan beliau dan hanya tersenyung-senyum sambil mengingat-ingat kelakuan-kelakuan ketika mondok. Apalagi perkataan itu dilontarkan oleh beliau selaku Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Hasan Al-Utsmani. Tentunya kita beranggapan bahwa beliau mondok dua tahun di Genggong dalam menjalani pendidikannya, beliau seorang yang rajin. Dan kita tahu seorang yang ahli ilmu itu akan selalu haus terhadap ilmu sebagaimana mbah beliau, yaitu Syaikhuna KH. Utsman yang diberi julukan "Macan Kurus Haus Ilmu" karena selalu kurang menimba ilmu.
Sejak kapan kiai berada di desa Pucanganom ini?
Saya berada di desa ini sejak tahun 1983, dan sejak itu pula pesantren ini (PP Miftahul Hasan Al-Utsmani) didirikan. Dan sejak saya pindah dari Beddian ke Pucanganom ini diikuti oleh dua santri Beddian yang ikut ngaji disini. kata beliau.NB. dan pernah juga disampaikan oleh beliau ketika menjelang pelaksanaan peringatan IKHTIBAR yang mengusung tema "Mengenang sejarah berdirinya PP Miftahul Hasan Al-Utsmani yang ke 36 dengan beberapa ajuan pertanyaan yang diajukan kepada beliau oleh salah satu seorang alumni sekaligus wali santri (Imam Junaid) yang ditemani oleh guru tugas (Abdul Muqit), dengan pertanyaan tersebut sangatlah kurang sopan untuk diajukan oleh seorang santi kepada sang kiai, namun demi kemaslahatan dan juga agar sejarah itu tetap terkenang kelak.
Bagaimana proses peminangan kiai pada ibu yai endang?
"Ye abhekalan, engko' abhelan keyah." Ya bertunangan, saya bertunangan juga. beliau sambil tersenyum dengan pertanyaan tersebut, yang menjadi pelantara atau penyambung lisan adalah P.Sumyati/H.Muhdor alm. @ ij.
lanjutan TRILOGI
Apakah ketika kiai pindah ke Pucanganom, pondok ini sudah ada?
Pondok masih belum ada. Jadi kedua santri itu bermukim di rumah saya sendiri.
Mengenai madrasah disini, kapan diresmikan?
Sekitar tahun 1987-an. Madrasah ini diresmikan oleh Almarhum KH. As'ad Syamsul Arifin. Dan pada saat itu lahan yang didirikan ini adalah lahan dari bapak mertua saya, yakni bapak H. Syu'udi.NB. bahkan ada yang menyampaikan salah satu dari sesepuh masyarakat pucanganom lahan yang didirikan pesantren ini juga pernah ditempati tempat aduan sapi milik bapak mertua beliau. @ ij
Mengenai Nama PP Miftahul Hasan Al-Utsmani, apa ada unsur sejarahnya?
Mengenai nama pondok ini saya sendiri mengmbil tabarruk pada guru saya, yakni kiai Hasan sepuh. Dan Al-Utsmani, yakni dari kiai Utsman. Dan ini disetujui oleh kiai abdilbar.
Hasil pertanyaan redaksi pada salah satu santri pertama di Pondok Pesantren Miftahul Hasan Al-Utsmani, yatu Priyanto atau H. Zainal: " Kedua santri Beddian yang ikut mengaji di pucanganom itu namanya adalah Syura'i dan Tarjo. NB. (Nama kedua santri tersebut juga pernah disampaikan langsung oleh beliau KH.Subhan Amin pada saat kami menghadap langsung kepada kiai.) @ ij Dan semenjak itu pada tahun 1983, kiai masuk ke Pucanganom, saya juga masuk ke pucanganom. Dan santri ketika itu ada sepuluh santri, lima santri putra. Yang termasuk saya, Totok, Haryanto, Yon, Hor. Dan juga lima santri putri. Kalau diantara kelima santri putri itu yang saya ingat namanya adalah Yayuk. Dan yang lain saya lupa." NB. dan juga pernah disampaikan oleh kiai santri putri tersebut adalah Tolak, Hayani dari kebun karang dan juga ada lagi santri yang saat ini berkeluarga di jember namanya juga pernah disebutnya oleh beliau namun karena kami tidak mencatatnya nama tersebut maka kami lupa. @ ij
Tidak. kiai itu masuk ke pucanganom, kiai tidak mengajar selama satu tahun lebih. sebab, mertua kiai itu adalah seorang petani. Jadi, kiai itu disuruh bertani bukan disuruh mengajar. Sedangkan dua santri yang ikut dari Beddian ikut menemani kiai. Namun sebelum adanya sekolah proses belajar-mengajar itu sudah berjalan. Santri itu ngaji di musholla punyanya Pak Adi, disebelah selatannya gedung sekolah yang ada sekarang. Jarak antara 1983 dan 1987 itu empat tahun. Jadi adanya santri yang bersekolah itu dua tahun setelah peresmian madrasah (dua tahun sebelum tahun 1987). Dan sebelum adanya santri yang sekolah, santri hanya mengaji Al-Qur'an dan kiai mengajar di dalem. Ketika ada santri yang mau sekolah, kiai mengajar di mushollanya pak Adi. Dan pada tahun 1986 madrasah mulai dibangun dan diresmikan di tahun 1987.
Setelah peresmian itulah baru santri yang sekolah pindah kebangunan madrasah. Setelah itu, pada tahun itu pula ada guru yang ditugaskan ke PP Miftahul Hasan Al-Utsmani, yaitu dari PP Al-Utsmani Beddian. Namun kedua santri yang ikut kiai dari Beddian, yaitu Syura'i dan Tarjo itu mengajar juga. Nama guru yang di tugaskan dari Beddian itu adalah pak salamun, orang Patemon. Dan pada tahun itu pula perpindahan musholla dari punya pak Adi ke musholla sekarang yang ada ini. Jadi guru yang mengajar waktu itu ada tiga orang: Syura'i, Tarjo, dan Pak Salamun.
Baru tahun 1989 ada guru lagi, yaitu Muhammad (Pak Nailul) santri Sidogiri. Dan semenjak kedatangan Muhammad atau Pak Nailul, Mak nyai tidak ngajar lagi. Dan pada saat itu santri putra dan putri dipisah. Syura'i, Tarjo dan Pak salamun mengajar di santri putra. Dan Muhammad atau Pak Nailul dan saya mengajar di santri putri. Namun saya masih belajar sambil mengajar.
NB.
Mengenai mushollah yang ada pada tahun 2019 ini adalah musholla yang baru yang di rehab pada perkiraan tahun 2010-an dan juga terkait dengan adanya Pondok Pesantren Miftahul Hasan ini, Ketika mulai ada beberapa jumlah santri yang bermukim maka dibangunlah Pondok Putra sebanyak lima kamar yang bertempat di sebelah utaranya musholla. sementara itu untuk pondok putri masih bertempat disalah satu ruang kamar kiai, setelah pak Adi pindah ke selatan jalan rumah pak Adi ditempati santri putri. Kemudian kiai membangun dalem yang baru, pertama dalem kiai bertempat dibangunan dalem nyai hasanah putri kedua kiai yang ada saat ini. Kemudian memindahkan pondok putra yang semula bertempat di utaranya musholla maka pada saat itu dipindahkan di selatan musholla sebanyak 6 ruang kamar, dan sampai saat ini dipindahkan lagi dengan posisi yang ada saat ini menghadap ke barat dengan jumlah ruangan sebanyak 10 ruang kamar.
kolaborasi media
Jurnalistik Al-Utsmani Beddian media edisi 11 Shofar 1441
Hasil pertanyaan redaksi pada salah satu santri pertama di Pondok Pesantren Miftahul Hasan Al-Utsmani, yatu Priyanto atau H. Zainal: " Kedua santri Beddian yang ikut mengaji di pucanganom itu namanya adalah Syura'i dan Tarjo. NB. (Nama kedua santri tersebut juga pernah disampaikan langsung oleh beliau KH.Subhan Amin pada saat kami menghadap langsung kepada kiai.) @ ij Dan semenjak itu pada tahun 1983, kiai masuk ke Pucanganom, saya juga masuk ke pucanganom. Dan santri ketika itu ada sepuluh santri, lima santri putra. Yang termasuk saya, Totok, Haryanto, Yon, Hor. Dan juga lima santri putri. Kalau diantara kelima santri putri itu yang saya ingat namanya adalah Yayuk. Dan yang lain saya lupa." NB. dan juga pernah disampaikan oleh kiai santri putri tersebut adalah Tolak, Hayani dari kebun karang dan juga ada lagi santri yang saat ini berkeluarga di jember namanya juga pernah disebutnya oleh beliau namun karena kami tidak mencatatnya nama tersebut maka kami lupa. @ ij
Pertama kali kiai sampai di pucanganom ini, apakah kiai langsung menjadi pengasuh?
Tidak. kiai itu masuk ke pucanganom, kiai tidak mengajar selama satu tahun lebih. sebab, mertua kiai itu adalah seorang petani. Jadi, kiai itu disuruh bertani bukan disuruh mengajar. Sedangkan dua santri yang ikut dari Beddian ikut menemani kiai. Namun sebelum adanya sekolah proses belajar-mengajar itu sudah berjalan. Santri itu ngaji di musholla punyanya Pak Adi, disebelah selatannya gedung sekolah yang ada sekarang. Jarak antara 1983 dan 1987 itu empat tahun. Jadi adanya santri yang bersekolah itu dua tahun setelah peresmian madrasah (dua tahun sebelum tahun 1987). Dan sebelum adanya santri yang sekolah, santri hanya mengaji Al-Qur'an dan kiai mengajar di dalem. Ketika ada santri yang mau sekolah, kiai mengajar di mushollanya pak Adi. Dan pada tahun 1986 madrasah mulai dibangun dan diresmikan di tahun 1987.
Setelah peresmian itulah baru santri yang sekolah pindah kebangunan madrasah. Setelah itu, pada tahun itu pula ada guru yang ditugaskan ke PP Miftahul Hasan Al-Utsmani, yaitu dari PP Al-Utsmani Beddian. Namun kedua santri yang ikut kiai dari Beddian, yaitu Syura'i dan Tarjo itu mengajar juga. Nama guru yang di tugaskan dari Beddian itu adalah pak salamun, orang Patemon. Dan pada tahun itu pula perpindahan musholla dari punya pak Adi ke musholla sekarang yang ada ini. Jadi guru yang mengajar waktu itu ada tiga orang: Syura'i, Tarjo, dan Pak Salamun.
Baru tahun 1989 ada guru lagi, yaitu Muhammad (Pak Nailul) santri Sidogiri. Dan semenjak kedatangan Muhammad atau Pak Nailul, Mak nyai tidak ngajar lagi. Dan pada saat itu santri putra dan putri dipisah. Syura'i, Tarjo dan Pak salamun mengajar di santri putra. Dan Muhammad atau Pak Nailul dan saya mengajar di santri putri. Namun saya masih belajar sambil mengajar.
NB.
Mengenai mushollah yang ada pada tahun 2019 ini adalah musholla yang baru yang di rehab pada perkiraan tahun 2010-an dan juga terkait dengan adanya Pondok Pesantren Miftahul Hasan ini, Ketika mulai ada beberapa jumlah santri yang bermukim maka dibangunlah Pondok Putra sebanyak lima kamar yang bertempat di sebelah utaranya musholla. sementara itu untuk pondok putri masih bertempat disalah satu ruang kamar kiai, setelah pak Adi pindah ke selatan jalan rumah pak Adi ditempati santri putri. Kemudian kiai membangun dalem yang baru, pertama dalem kiai bertempat dibangunan dalem nyai hasanah putri kedua kiai yang ada saat ini. Kemudian memindahkan pondok putra yang semula bertempat di utaranya musholla maka pada saat itu dipindahkan di selatan musholla sebanyak 6 ruang kamar, dan sampai saat ini dipindahkan lagi dengan posisi yang ada saat ini menghadap ke barat dengan jumlah ruangan sebanyak 10 ruang kamar.
kolaborasi media
Jurnalistik Al-Utsmani Beddian media edisi 11 Shofar 1441
0 comments: